Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mudahkan Pelayanan Difabel, Polres Boyolali Punya Tim Bahasa Isyarat

 


Polres Boyolali News - Jumat lalu (24/9), suasana Polres Boyolali berbeda dari biasanya. Di ruang Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polres Boyolali, terdapat keluarga dengan dua anak yang meributkan masalah masakan. Si suami enggan memakan masakan istrinya karena kurang asin. Ini membuat sang istri tak terima dan ngambek.

Mereka menggunakan bahasa isyarat dan saling beradu argumen. Hingga, ditengahi oleh Briptu Nanda Ratya Parahita dan Briptu Yanni Rahmawati yang ahli bahasa isyarat. Kesalahpahaman keluarga tersebut diakhiri dengan damai.

“Kalau ada aduan seperti ini, kami tengahi. Karena orang awan kan nggak paham ya yang diributkan. Dan Polres Boyolali memiliki tim bahasa isyarat dengan delapan anggota Polwan,” terang Briptu Nanda Ratya Parahita

Kasus demikian sudah beberapa kali ditangani. Upaya mediasi yang ramah disabilitas. Serupa ketika kegiatan vaksinasi berlangsung. Untuk mengarahkan dan memberikan informasi, diperlukan ahli bahasa isyarat. Tim ini memiliki peran penting untuk memudahkan komunikasi dengan kawan tuli.

Mereka juga dihadirkan saat kunjungan Kapolri, maupun pejabat pusat lainnya. Juga pada saat rilis maupun pelayanan masyarakat di mapolres dan Satlantas Polres Boyolali. Namun, perjalanan untuk mempelajari bahasa isyarat tidak gampang. Selama delapan bulan, mereka berhasil mempelajari dua bahasa tuli sekaligus.

“Awalnya, kami belajar dengan guru bahasa isyarat di Sekolah Luar Biasa (SLB) Boyolali. Bahasa yang dipelajari itu metode sistem isyarat bahasa Indonesia (Sibi). Lalu kami upload videonya ke kanal YouTube Polres Boyolali. Responsnya baik, tapi ternyata banyak teman tuli yang mengaku tidak paham,” bebernya.

Tim bahasa isyarat Polres lantas mengevaluasi diri. Ternyata, teman tuli lebih terbiasa dengan metode bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) yang lebih visual. Polres lantas mengundang Komunitas Tuli Boyolali (Komtuboy) untuk mengajari mereka.

“Bisindo itu lebih visual, kalau awamnya kaya bahasa ibu atau yang sehari-hari digunakan. Tiap pekan sekali mereka ke sini atau kita main ke YPAC Boyolali,” ungkapnya.

Mempelajari bahasa isyarat juga tidak mudah. Nanda memulai belajar dengan menghafal huruf abjad, baru benda, dan kata lainnya. Dia mulai mencoba mengisyaratkan lagu-lagu, seperti Indonesia Raya. Seperti halnya bahasa Inggris, jika tidak diasah setiap saat tentu akan lupa gerakan bahasa isyarat.

Ditambah lagi, ketika acara-acara kunjungan para pejabat. Mereka harus sigap menerjemahkan ke bahasa isyarat. Ketika lupa dengan gerakannya, maka mereka akan menjelaskan dengan gerakan perhuruf. Meski begitu, Nanda senang mendapat sambutan hangat dari teman tuli.

Briptu Yanni Rahmawati mengamini, tim bahasa isyarat ini untuk memudahkan pelayanan pada teman disabilitas tuli. Tim ini juga tergerak untuk mempelajari lebih dalam. “Kami latih diri sendiri agar lebih lancar dan apa yang disampaikan kepada teman tuli bisa diterima. Kami juga belajar bahasa sehari-hari yang digunakan teman disabilitas,” imbuhnya